Saturday, October 15, 2016

Review: The Accountant (2016)


The Accountant. Muncul mencuat tiba-tiba di akhir awal semester tahun ini. Yang mengejutkan banyak pemegang saham (penonton), khususnya auditor independen (penonton lulusan akuntansi) yang mau tidak mau menarik minat mereka untuk harus melihatnya. Apalagi pemeran utama nya adalah seorang 'miliarder' ternama, Ben Affleck.


Christian Wolff adalah seorang akuntan publik pengidap autis di kantor miliknya sendiri yang bernama ZZZ Accounting. Kantornya yang bersebalahan dengan toko swalayan dan tempat cuci mobil terlihat sepi dengan klien sebatas PNS atau karyawan menengah. Little do they know, Christian Wolff has a secret. When the night comes, he turns into vigilante/assassin. (Sounds like a Batman movie, eh?)

Gavin O'Connor sebagai direktur utama (sutradara) pernah melakukan hal luar biasa pada tahun 2011 ketika memimpin Warrior dan berhasil menyajikan sebuah laporan keuangan (film) yang dipuji banyak pemegang saham sebagai acuan bagaimana menghasilkan laporan keuangan yang baik di sektor itu (re: brotherhood movie). Gavin O'Connor mungkin agak sedikit kehilangan kepemimpinannya di The Accountant.


The Accountant jelas tidak seburuk rekap audit KAP big three (RottenTomatoes, IMDB, Metacritic). Saya pribadi suka dengan beberapa hal yang disajikan dalam The Accountant. menurut saya, Akuntan Ben Affleck melakukan pekerjaannya dengan gemilang lewat performanya secara verbal maupun tindakan (acting). Untuk urusan tindakan, Akuntan Ben Affleck terlihat tidak suka berbasa-basi yang dapat dilihat dari betapa mengerikannya dia dalam menulis kata-kata tersebut dalam CALK (re : scene dimana Ben Affleck harus menunjukkan skillset membunuhnya. JUARA!).

Performa gemilang anak buahnya tidak diimbangi dengan arahan yang fokus dari sang direktur utama. Paruh pertama The Accountant berfokus pada siapa sebenarnya Christian Wolff dengan eksekusi apa adanya sehingga terlihat seperti laporan keuangan pada umumnya. Namun pada paruh kedua, The Accountant mengalami accounting change (perubahan metode pendekatan) dalam laporan keuangannya yang mengingatkan saya pada The Walk Among The Tombstones nya Liam Neeson walaupun untuk membacanya dibutuhkan lembar yang sangat tebal. I like this change but it could've been more packed. Pejabat Eselon I (penulis naskah) terlihat tidak berkordinasi baik dengan direktur utama. Sehingga niat untuk mengungkap dan mengejutkan temuan yang belum diketahui pemegang saham dan auditor di akhir penutupan buku (ending) sudah terdeteksi jauh-jauh hari karena bobroknya The Accountant di paruh pertama. Belum lagi saya menyebut beberapa paragraf (subplot) yang tidak material dalam CALK. Pemegang saham dan pembaca eksternal jelas makin bingung, sebenarnya direktur utama ini maunya apa.

Dengan penjelasan paragraf opini yang disebutkan di atas, Saya sebagai auditor independen (elah) dengan berbagai pertimbangan dan professional judgment (apaan si) memberikan The Accountant opini "Wajar dengan Pengecualian".


No comments:

Post a Comment