Friday, April 29, 2016

Review: Captain America: Civil War (2016)


Apa yang dilakukan Joe dan Anthony Russo dua tahun lalu memang mengejutkan. Tidak banyak yang menduga Captain America yang film pertamanya membosankan setengah mati berubah menjadi game-changing feature Marvel Cinematic Universe sejak sekuelnya, The Winter Soldier ditangan Russo bersaudara. Saya berani berdebat dengan penggemar film Marvel sipapapun untuk berargumen bahwa Captain America: The Winter Soldier adalah yang terbaik dari Marvel.

Kemudian setelah DCEU melampu hijaukan Batman v Superman, Kevin Feige seperti terprovokasi untuk melanjutkan Captain America. Tidak tanggung-tanggung source-material nya diambil langsung dari salah satu mega-event tebesar dalam komik Marvel, Civil War. Namun tak seperti DCEU yang kesannya buru-buru mengejar ketertinggalan, semua orang rasanya sudah paham kalau Marvel adalah yang nomor satu soal menyambung merajut benang kontinuitas dan menebar benih-benih konflik pada film mereka sehingga tidak pernah terasa dipaksa. Jadi Civil War, kenapa tidak? 

New York, Washington D.C., dan terakhir Sokovia. Tiga kejadian besar yang melibatkan The Avengers sampai akhirnya dunia menyadari menuntut tanggungjawab atas jatuhnya korban-korban tak berdosa dari serangan alien, mata-mata sampai jatuhnya sebuah kota dari langit. Joe Russo meminta semua anggot The Avengers menandatangani perjanjian Sokovia yang secara garis besar mengharuskan para superhero bekerja dibawah pengawasan PBB yang diwakili Thaddeus Ross.


Captain America menolak menandatangani perjanjian karena menurutnya itu merampas kebebasannya untuk menolong warga sedangkan Tony Stark yang mulanya anti-pemerintah, justru pro. The Avengers terbelah sekaligus menghadapi ancaman Zemo yang terlibat unfinished-mission dengan The Winter Soldier terkait misi '16 Desember 1991'.

Jangan coba-coba membandingkannya dengan Batman v Superman. Jelas ini menang telak. Naskah yang ditulis Christopher Markus dan Stephen McFeely mungkin tak sesolid The Winter Soldier namun tetap memberikan alasan-alasan kuat mengapa The Avengers sampai terpecah ideologinya sehingga peduli dengan nasib para karakter didalamnya. Tidak ada yang salah dalam kedua kubu yang terpecah. Dan juga mereka tidak melupakan core utama fimnya. It is a Captain America story. Meskipun hampir semua anggota The Avengers muncul, the film constantly reminds you that it is Captain America's story or perspective. But it lacks that game-changing factor. Saya berharap adanya perubahan besar untuk MCU setelah Civil War namun sampai film berakhir tidak ada satu pun after-taste untuk fim Marvel selanjutnya. Bahkan major character death pun. 0. Jadi kesan filmnya lempeng.


Meskipun lempeng, Civil War sukses mengesekusi setiap momen-momen gentingnya dengan spekatakuler. Mulai hand-to-hand combat, kemunculan Black Panther dan Spiderman (is this the Spiderman we've been looking for?), one fundamental moment involving ant-man you didn't expect, dan 15 menit IMAX splash-page superhero action sequence terbaik yang pernah saya tonton.


No comments:

Post a Comment