Sunday, June 29, 2014

Review: The Fault in Our Stars (2014)


The Fault in Our Stars karangan John Green adalah novel yang meledak awal tahun ini dikarenakan muatan ceritanya tentang satu pasangan pesakitan dengan kisah cinta yang akan membuat pembacanya terutama perempuan membeli tisu bergulung-gulung.

"Some infinities are bigger than other infinities." Hazel Grace

Bukti nyata ketika saya menonton film adaptasi yang digarap Josh Boone adalah ketika satu studio hanya menyisakan dua seat terdepan dan terisi hampir 95% kaum hawa dan sisanya pria-pria malang menemani pacarnya (kecuali saya). Saya masih belum berani membaca buku romance karena thriller jauh lebih menarik. Tapi TFIOS tetap membuat saya penasaran.

Jadi disini ada Hazel Grace penderita kanker paru-paru stadium 4 yang harus membawa tank oksigen kemanapun dia pergi. Ketika sang ibu menyuruhnya bergabung dengan The Heart of Jesus, takdir mempertemukannya dengan Augustus Waters, mantan penderita kanker yang harus kehilangan kakinya demi mendapat kesembuhan. Perlahan hubungan mereka menjadi lebih dari sekedar teman sharing.

"See we may not look like much. Between the three of us, we have 5 legs, 4 eyes, 2 and half working pairs of lungs. But, we also have 2 dozen eggs so if I were you, I'd go back inside." Augustus Waters

Saya menilai ini hanya untuk filmnya saja. Josh Boone awalnya terlihat terlalu cepat memberikan pengenalan Hazel dan Gus yang tiba-tiba saja terlihat dekat. Namun seiring berjalannya durasi sang sutradara berhasil mengatur temponya sehingga tidak terburu-buru. Kemudian Boone mengisinya dengan plot kedua karater utama lewat dialog yang lucu, menggigit, sekaligus tragis.

Sejak menit pertama mereka bertemu, Sheilane Woodley dan Ansel elgort sudah sukse menciptakan chemistry natural sehingga tidak membosankan ditonton sampai akhir. Dua anak manusia yang ditakdirkan sakit keras ini mengolok-olok kondisi mereka sendiri dan belajar mencintai ketidaksempurnaan. Semua dipaparkan apik oleh keduanya.

Jika saja TFIOS mau mengurangi jumlah kata 'I Love You' didalamnya mungkin ini akan menjadi tragic romance terbaik tahun ini ditambah dengan track-track ear-catchy dan twist dipertengahan yang membelokkan pemikiran penonton non-pembaca novel.

"When the scientists of the future show up at my house with robot eyes and they tell me to try them on, I will tell the scientists to screw off, because I do not want to see a world without him." Isaac


No comments:

Post a Comment