Monday, July 14, 2014

Review: Dawn of The Planet of The Apes (2014)


Tuhan memainkan takdir manusia dengan caranya sendiri. Saya bukan membahas tentang apa yang bisa kamu ambil dari DotPotA. Saya bicara tentang jadwal tayang film ini yang bersamaan dengan hari terakhir UAS saya. Tuhan tahu benar bagaimana menghibur hambaNya yang sangat yakin semester ini akan berakhir suram terlepas hasil yang belum diumumkan.

"Apes do not want war." Caesar

Franchise Planet of The Apes sempat mati suri ketika Tim Burton, membuat sebuah reboot tahun 2001 dari original filmnya tahun 1968 yang kurang memuaskan karena muatannya tidak terlalu berbeda dengan yang asli dan twist yang sudah tertebak.

10 tahun berselang, 20th Century Fox menggandeng sutradara Rupert Wyatt yang tidak mempunyai track record mentereng untuk menukangi Rise of the Planet of The Apes. Hasilnya diluar dugaan. RotPotA disebut-sebut sebagai yang terbaik dari franchise kera-kera cerdas ini dan menjadi salah satu film terbaik tahun itu.

"Home. Family. Future." Caesar

Tak hanya sekuel yang langsung dikerjakan, Fox sudah memberi keputusan akan membuat trilogi baru untuk franchise ini. Harus menunggu 3 tahun setelah kesuksesan RotPotA, Dawn of The Planet of The Apes mengambil rentang waktu bumi 10 tahun semenjak virus ALZ-113 atau simian flu merebak dan menurunkan populasi manusia secara drastis dan hanya meninggalkan manusia-manusia dengan immune terhadap virus ini.

Tuntutan untuk selamat dari serangan simian flu memaksa penduduk San Francisco yang selamat pimpinan Dreyfus untuk mencari sebuah sumber daya baru untuk hidup dengan menugaskan satu tim dengan Malcolm sebagai ketua ke sebuah bendungan tua di RedWood. Yang tidak mereka ketahui adalah koloni kera yang dibangun Caesar telah menciptakan sebuah peradaban baru disana.

"War has already begun." Caesar

Di sekuel ini, sutradara Cloverfield dan Let Me In, Matt Reeves ditunjuk untuk menangani DotPotA. Beban berat harus dipikul Matt Reeves mengingat kesuksesan RotPotA yang menaikkan ekspektasi publik terhadap sekuel ini. Semua tekanan itu berhasil diredam Reeves yang sukses menghasilkan sebueh sekuel yang lebih besar dan memuaskan ekspektasi penggemarnya.

Setidaknya itu bisa dilihat dari 10 menit pembukaan film yang begitu keren sekaligus menegangkan. Mungkin best opening sequence untuk tahun ini. Kemudian plotnya berjalan stabil dengan memberikan gambaran bagaimana bumi pasca-kiamat simian flu sampai nantinya mempertemukan dua makhluk hidup yang berkonfrontasi, manusia dan kera sebagai pemantik konflik utama film ini.

"Apes. Together, strong." Koba

Tidak hanya berhasil mengeksekusi plot yang ditulis Rick Jaffa, Amanda Silver, Mark Bomback dengan begitu baik. Reeves juga sukses mendalami karakter Caesar yang dimainkan begitu meyakinkan oleh Andy Serkis via mo-cap WETA. Caesar yang dilanda konflik batin antara keselamatan kaumnya and his love for humans. Belum lagi dia sudah mempunyai dua anak yang menambah pergulatan emosinya sebagai pemimpin yang lebih wise dan cerdas.

Sementara untuk para karakter manusia yang dimainkan Jason Clarke, Gary Oldman , Keri Russel tidak terlalu mencolok walaupun jauh dari kata jelek. Highlight besar ditujukan untuk sang protagonis utama, Koba yang menjadi musuh dalam selimut dalam kawanan kera who only learned hate from humans. Semua berhasil dipadukan Matt Reeves menjadi sebuah kesatuan yang tidak akan terasa harus memakan waktu 2 jam 10 menit. Yang kemudian ditutup dengan ending yang sangat monumental dan membuat merinding hingga kamu tidak sabar untuk menyaksikan babak penutupnya 2016 nanti.

Dawn of The Planet of The Apes tidak hanya berhasil sebagai sekuel yang melebihi predesornya. Namun juga membuat saya iri untuk mendapatkan tingkat intelijensi Caesar dkk untuk menjalani masa akhir studi saya agar lulus tepat waktu.


"Caesar love humans more than apes." Koba

No comments:

Post a Comment