Saturday, May 9, 2015

Review: Avengers: Age of Ultron (2015)



Mega-event dari Marvel kembali hadir tahun ini. Setelah Battle of New York yang membuka lebar mata penduduk Bumi itu. Mereka sadar ada sesuatu yang lebih besar yang belum terjamah oleh manusia dengan kekuatan yang lebih hebat dari so-called The Earth's Mightiest Heroes yang mereka miliki yang memproklamirkan diri sebagai The Avengers.


Sepak terjang The Avengers kini tak lagi berada hanya di seputaran New York saja. The Avengers kini sudah mencangkup lingkup global demi melindungi bumi dari ancaman dari dalam maupun luar planet. Yang terakhir, Tony Stark dan kawan-kawan memburu Baron Strucker ke Sokovia. Tempat dimana Baron menyimpan tongkat Loki dan 2 manusia super lainnya, Scarlett Witch dan Quicksilver.

Sejak saat itulah Tony Stark mempunyai ide menciptakan sebuah artificial intelligence baru bernama Ultron yang nantinya akan menjaga perdamaian dunia dari ancaman teror yang akan menggantikan The Avengers. Namun yang terjadi adalah kebalikannya. Ultron yang berhasil diciptakan Tony dan Dr. Bruce ini malah ingin memusnahkan manusia dari permukaan Bumi sehingga terjadi kondisi 'damai' versi Ultron.

Saya paham sudah beberapa hari lewat dari hari pertama rilisnya untuk menulis tentang Age of Ultron. Mungkin membaca tulisan saya sudah membosankan melihat sudah banyak review dan spoiler yang bertebaran di Internet. Namun keputusan saya untuk menunggu hingga saat ini untuk menulis rasanya sudah sangat tepat. Jujur saja saya baru berani menulis setelah menontonnya 2 kali.

Sama seperti yang lain ketika saya menonton Age of Ultron pertama kalinya. Saya tidak menemukan sesuatu yang baru dari film arahan Joss Whedon ini. Tidak ada yang efek wow setelah menontonnya seperti ketika menonton The Avengers 3 tahun yang lalu. Namun setelah menonton untuk kedua kalinya pandangan saya berubah.

Banyak dari teman saya yang mengatakan 'yang ini kok banyak omongnya sih? Kita kan pengen lihat Ironman sama Hulk pukul-pukulan'. Namun sebenarnya Joss Whedon telah membangun sebuah background story untuk masing-masing karakternya. Dan disini yang paling mencolok adalah Hawkeye dan Natasha-Bruce. Ketiganya punya lebih banyak screentime dari karakter lainnya mengingat mereka tidak punya stand-alone movie sendiri.

Namun tidak berarti cerita menjadi timpang. Whedon sudah mulai menebar benih-benih perpecahan The Avengers dengan berbagi konflik internal yang dialami mereka hingga nanti berujung pada Civil War. Whedon berhasil membangun konflik tersebut melalui argumen 3 karakter pentingnya Ironman, Thor dan Captain America.Di film ini kamu bisa merasakan bahwa The Avengers sendiri juga tahu mereka dibentuk menjadi tim bukan karena kerelaan menjadi sebuah tim namun karena terpaksa. Mereka tidak bisa menyingkirkan ego mereka sendiri. Sounds like your love story, huh? By the way, James Spader is perfect as Ultron.

There's no way you could have love at first sight. You're interested in first sight is the right phrase. Now all it takes is the process to build the love you want to have. Just like that, actually I wanted to love Avengers: Age of Ultron at first sight. But the truth is, the love I wanted to have is found when I took my time to think about it. It gets better in time.


2 comments:

  1. setuju dengan anda bung.. saya mengubah pandangan saya terhadap film ini setelah menonton kedua kalinya :D It's a great movie !!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan yang terbaik dari marvel, mungkin underrated

      Delete