Friday, March 21, 2014

Review: Divergent (2014)


Satu lagi novel YA diadaptasi menjadi sebuah film. Kali ini novel garapan Veronica Roth berjudul 'Divergent' adalah sasarannya. Summit entertainment yang sukses menghindari kebangkrutan setelah merilis saga Twilight adalah studio yang mengambil hak adaptasinya. Summit tampaknya benar-benar tahu bahwa novel-novel bertema Young Adult sedang diminati publik pasca kesuksesan yang diraih saga Hunger Games.

"Faction over blood." Jeanine Matthews

Pasca perang nukir yang meporak-porandakan dunia, pendudukbumi kini dipecah menjadi 5 faksi untuk mencegah peperangan dan menjaga perdamaian dunia. Abnegation adalah faksi untuk orang-orang yang tidak mempedulikan dirinya sendiri dan sekarang sedang memimpin pemerintahan. Kemudian ada faksi Amity yang didalamnya berisikan orang-orang yang hidupnya penuh kebahagiaan dan suka bercocoktanam. Para penganut kejujuran dan ketaatan hukum berada dalam faksi Candor. Golongan orang-orang cerdas yang menyelesaikan permasalahan dengan solusi logis berkumpul sebagai Erudite. Dan untuk menjaga perdamaian tentu dibutuhkan penjaga keamanan kota yang disini disebut Dauntless.

Beatrice Prior telah memasuki usia 18 tahun dimana dalam peraturan harus mengikuti tes untuk mengetahui di faksi mana dia akan ditempatkan. Setelah melakukan tes hasilnya diluar perkiraan. Beatrice memiliki kelainan atau disebut Divergent. Dengan kata lain Beatrice dapat masuk ke faksi mana saja hingga akhirnya dia memilih Dauntless sebagai tujuan. Pada saat bergabung inilah Jeanine Matthews mencium kecurigaan bahwa ada yang salah dengan tes yang dilakukan Beatrice karena Jeanine beranggapan bahwa seorang Divergent adalah ancaman.

"You're different. You don't fit into a category. They can't control you. They call it Divergent. You can't let them find out about you." Tori

Sudah terlihat perbedaan antara Divergent dengan Hunger Games. Divergent tidak memaksakan para pemuda-pemudinya untuk saling bunuh satu sama lain. Mereka ditempatkan ke faksi-faksi sesuai keinginan mereka walaupun harus meninggalkan faksi tempat mereka dilahirkan. Divergent memulai konfliknya nanti ketika salah satu faksi menginvansi faksi lainnya. 

Sebenarnya Divergent punya potensi menjadi film pemberontakan yang bagus. Sayangnya ditangan Neil Burger, Divergent tidak pernah benar-benar memiliki semangat pemberontakan yang dimiliki saga Hunger Games. Permasalahan pertama adalah Neil Burger gagal membangun fondasi yang kuat tentang dunia Divergent nya sendiri. Jadi jangan heran ketika nanti anda menontonnya, anda akan menemukan banyak hal yang layak dipertanyakan.

"I know who you are. If you wanna survive, follow me." Four

Yang kedua adalah sang sutradara tidak berhasil mengarahkan para pemainnya dengan baik. Shailene Woodley yang digadang-gadang akan melejit lewat perannya disini tampil datar dan sama sekali tidak tangguh. Jika dibandingkan dengan Katniss, Beatrice masih seorang gadis cengeng. Sementara partnernya Theo James seperti hanya sebuah fans-service untuk para wanita dengan tubuh dan tatonya. Pemilihan cast yang akan memecah para fans adalah Kate Winslet sebagai villain. Satu sisi anda akan rindu melihat Kate Winslet tampil disini, namun juga gagal membawakan karakter Jeanine Beatrice yang dingin serta moto hidupnya yang ekstrim sampai ke tahap memorable.

Hanya iring-iringan score elektronik garapan Hans Zimmer sampai nanti ditutup I Will Find You nya Zedd yang mampu mengisi adegan-adegan aksinya hingga membuat anda tetap duduk dengan tenang menikmati Divergent yang klise, seklise hubungan Beatrice dan Four.

"The system removes the threat of anyone exercising their independent will. Divergents threaten that system. It won't be safe until they're removed." Tori

No comments:

Post a Comment