Thursday, August 21, 2014

Review: Guardians of The Galaxy (2014)


Kalian patut bersyukur kepada Jon Favreu yang telah sukses menghadirkan Iron Man ke dalam medium layar lebar tahun 2008 lalu. Bukan hanya membawa angin segar untuk Marvel melainkan juga mengangkat tokoh-tokoh komik yang dianggap kurang terkenal atau istilahnya D-lister untuk paling tidak berani muncul ke permukaan siap bersaing dengan superhero yang jauh lebih dikenal masyarakat.

"I am Groot." Groot

Mungkin hal inilah juga yang mendasari Marvel untuk tak segan-segan mengeluarkan Guardians of The Galaxy. Pasti semuanya masih terdengar sangat asing di telinga. ‘Lho ini buatan Marvel?’ mungkin sudah ribuan kali diucapkan penonton ketika masuk lobby studio.Semua keraguan publik terhadap Guardians of The Galaxy tak mampu menghentikan Marvel untuk terus menginjak pedal gas demi meneruskan continuitas MCU phase 2 yang nanti berujung pada mega event Avengers:  Age of Ultron, kurang dari setahun lagi.

Ada Peter Quill, bocah penggemar musik 80 an yang ditinggal pergi oleh sang Ayah sejak lahir dan baru saja berduka dengan meninggalnya sang Ibu. Demi menutupi rasa dukanya, Quill kecil lari tunggang langgang ke halaman rumah sakit dan kemudian diculik oleh sebuah pesawat luar angkasa.

26 tahun kemudian baru diketahui bahwa Quill yang berubah nama menjadi Star-Lord telah diculik kaum Savagers yang gemar mencuri benda-benda angkasa. Sejenak setelah mendapatkan sebuah Orb, kehidupan Star-Lord mulai diubah oleh perempuan hijau seksi, Gamora. Rakun sarkastik, Rocket. Manusia pohon yang  cuma bisa mengucapkan tiga kata, Groot. Dan Drax The Destroyer yang ternyata menyimpan kejutan menggelikan dibalik tubuhnya yang kekar. Mereka bersatu untuk melindungi Orb tersebut dari jangkauan Ronan The Accuser .


"That is the most real, authentic, hysterical laugh of my entire life because that is not a plan!" Rocket Raccoon

Kelebihan Marvel adalah seasing apapun superhero ciptaan mereka, Marvel tetap akan memenangkan hatimu melalui cara mereka sendiri yang unik dan berbeda. Hal inilah yang dapat dilihat dari film yang ditulis oleh James Gunn dan Nicole Perman ini.

Guardians of the Galaxy menawarkan sesuatu yang baru yang belum pernah kamu lihat di film Marvel manapun. Mungkin lewat Thor, Marvel sudah menyelipkan keberadaan dunia lain selain bumi di luasnya Universe Marvel. Tapi disini hampir tidak ada satu adegan pun yang berlatar bumi kecuali openingnya. 

Tim produksi  mengambil peranan penting dalam membangun dunia kosmik dengan visualisasi warna-warni yang memanjakan mata dan mengombinasikannya dengan track-track 80 an yang terus memberikan sensasi tersendiri bagi para penonton yang seakan mengolok-olok kamu (para pemuda) yang mengaku sebagai penggemar musik 80 an.


"Nothing goes over my head! My reflexes are too fast, I would catch it." Drax The Destroyer

Di sisi para pemain saya hanya berhasil dihibur oleh Rocket Racoon yang disuarakan sangat meyakinkan oleh Bradley Cooper sebagai rakun cerdas, sarkastik, dan rapuh di saat bersamaan. Tak ketinggalan Vin Diesel yang makan gaji buta untuk Groot dan Drax nya Batista yang konyol dengan celetukan-celetukannya. Sementara Chris Pratt, Zoe Saldana , Lee Pace memberikan performa standart yang tidak jelek-jelek amat.

Guardians of The Galaxy adalah produksi Marvel paling unik, fun dalam berbagi aspek, dan sebagai jembatan ke Universe Marvel yang lebih luas. Lalu dimana lagi kamu bisa mendengarkan lagu 10cc berjudul I’m not In Love tapi yang terjadi adalah sebaliknya? Yes, I’m in Love with You, Guardians of The Galaxy.


"You actually got it? I was just kidding about the leg, I just thought it'd be funny!" Rocket Raccoon

No comments:

Post a Comment