Tak banyak film lokal yang menerima buzzer nyaring sebelum penayangannya kecuali kalau itu melibatkan
The Raid atau film keluaran Joko Anwar dan Riri Reza. Tabula Rasa bisa jadi
sebuah sleepr hit untuk film lokal tahun ini melihat media promosinya yang
hanya menggunakan buzzer dari kritikus
dalam negeri dan penggunaan akun sosial media yang efektif.
Hans, pemuda asal papua ini mulanya bermimpi menjadi seorang
pemain sepakbola dengan hijrah ke ibukota Jakarta. Namun kerasnya Jakrta tidak
mampu ditaklukan Hans sehingga sekarang harus bekerja serabutan demi mengisi
perut yang lapar. Keadaan inilah yang membuatnya tidak tahan sampai berniat
mengakhiri hidupnya.
Malang, niat Hans harus berhenti setelah ditemukan Emak dan
Uda Natsir pingsan ditengah jembatan penyeberangan. Hans dibawa ke rumah makan
Padang Takanajuo, rumah makan milik Emak yang berniat menolong Hans dengan
mempekerjakannya sebagai pegawai yang masalahnya mengerti nol tentang dunia
kuliner.
Tampak luar, mungkin
banyak orang akan menganggap Tabula Rasa
sebagai jiplakan Chef punya Jon
Favreu yang rilis lebih awal tahun ini. Memang makanan menjadi jualan utama kedua
film ini namun jelas Tabula Rasa memiliki
perasaan personal tersendiri bagi kamu yang menontonnya. Berbeda dengan Chef yang mengundang rasa lapar penonton
lewat makanan barat kelas kaum atas, Tabula Rasa memulai semuanya dari rumah
makan padang kecil yang bisa kalian temui di seluruh penjuru nusantara dan
dapat dinikmati semua strata sosial.
Keunggulan film besutan sutradara Adiyanto Dewo ini terletak
pada sisi teknis. Mulai dari shot masakan, visualisasi hubungan karakter dan
tata audio yang begitu baik membuat setiap desisan gorengan ikan kakap yang terdengar
akan menggodamu untuk mencari rumah makan Padang terdekat selepas film usai.
Sementara untuk urusan skrip yang digodok oleh Tumpal
Tampubolon terasa kurang menggali karakter-karakter yang ada didalamnya
sehingga penampilan Dewi Irawan, Yayu Unru, Ozzol Ramdan, dan Jimmy Kobogau tidak tersampaikan meskipun mereka berempat sudah menunaikan
pekerjaan mereka dengan bagus terutama Jimmy Kobogau yang masih hijau di dunia
perfilman.
No comments:
Post a Comment