Thursday, April 3, 2014

Review: Captain America: The Winter Soldier (2014)


'Captain America jelek, Captain America jelek' begitu kata salah satu penonton yang keluar dari studio pemutaran film ini ketika saya sedang mengantri di loket tiket. Ucapan salah satu penonton ini cukup keras hingga orang-orang yang sedang mengantri bersama saya tampak kebingungan dengan raut wajah ragu untuk menontonnya. Lantas apakah benar sekuel Captain America sejelek yang dia bilang? Jawabannya SALAH BESAR!

"Before we get started, does anyone wanna get out?" Steve Rogers

Sebelum saya bahas satu per satu saya anjurkan anda untuk menonton film pertamanya karena ada beberapa bagian yang akan sulit anda mengerti kalau belum menontonnya. Dalam film Marvel post-avengers yang ketiga ini Steve Rogers sedang berada dalam masa adaptasi dengan dunia modern dan sedang mengejar apa-apa saja yang dilewatkannya semasa ditidurkan selama 65 tahun.

Setelah belajar banyak sejak kejadian di New York, Captain America kini bergabung dengan S.H.I.E.L.D. yang dipimpin oleh Alexander Pierce. Tugas pertamanya sebagai agen adalah penyelamatan sandera dalam sebuah kapal yang dibajak oleh kawanan perompak Rusia. Di misi ini Captain America ditemani oleh Black Widow dan sekumpulan pasukan bernama S.T.R.I.K.E. Ditengah-tengah misi yang sedang berjalan Captain America menemukan Black Widow tengah menjankan misi lain yang diperintahkan oleh Nick Fury. Captain America tentu saja tidak menerima keputusan ini karena seharunya misi tersebut adalah hanya untuk menyelamatkan sandera. Nick Fury memberikan argumen bahwa misi yang dilakukan Black Widow adalah lebih besar yang melibatkan S.H.I.E.L.D. dan rahasia-rahasia nya.


"Hey fellas, either one of you know where The Smithsonian is? I'm here to pick up a fossil." Natsha Romanoff
"That's hilarious." Steve Rogers

Sekuel Captain America yang berda di tangan Russo Brothers ini bisa memecah fans Marvel menjadi 2 kubu. Kubu pertama jelas yang beranggapan sama dengan penonton yang saya sebut diatas tadi. Disini mungkin anda tidak akan menemukan hal-hal menyenangkan atau pun lucu yang kerap kali anda temui di film-film Marvel tepatnya sejak franchise Iron Man dibuat. Karena Russo Brothers terlihat sedikit keluar dari pakem Marvel yang identik dengan tema superhero yang fun. Inilah mungkin alasan yang tepat bagi anda yang tidak menyukainya.

Disisi yang lain Russo Brothers telah sukses memberikan warna baru dengan menghadirkan konspirasi politik didalamnya hingga The Winter Soldier menjadi film dengan tema tergelap yang pernah dibuat Marvel. Untung saja naskah yang ditulis oleh Christopher Markus dan Stephen McFeely yang sudah bekerja sama dengan Marvel di Captain America: The First Avenger dan Thor: The Dark World dengan pintarnya masih sempat memasukkan selingan humor lewat dialog-dialog yang dilontarkan karakter Falcon yang sukses mencairkan suasana sehingga film ini tidak segelap The Dark Knight nya Christopher Nolan.

Dalam action sequence sendiri Russo Brothers sudah melakukan pekerjaan mereka dengan baik walaupun harus diakui bahwa porsi adegan aksi di film ini harus dikurangi dengan drama intrik politik dan pengembangan karakter Captain America sendiri. Iringan score yang dibuat oleh Henry Jackman juga menjadi salah satu pendukung dengan keberhasilannya membangun intensitas mengisi ketegangan-ketegangan sekuens aksinya (terdengar seperti gubahan Hans Zimmer) yang memacu adrenalin serta score lembut yang pas dengan porsi drama nya.


"Most of the intelligence community doesn't believe he exists. The ones that do call him the Winter Soldier." Natasha Romanoff

Sama hal nya dengan apa yang dia lakukan di Snowpiercer, Chris Evans membuktikan bahwa dirinya bisa memainkan karakter superhero yang tidak hanya jago berkelahi namun dipenuhi dilema moral. Ini bisa dilihat dari subplot yang diberikan kepadanya seperti bertemu dengan Peggy, kekasih lamanya (walau tidak begitu penting), perbedaan ideologinya dengan Nick Fury sampai nanti bertemu dengan villain nya The Winter Soldier, menunjukkan kedalaman karakternya yang tersampaikan dengan baik. Seperti yang sudah-sudah Samuel L. Jackson sukses memerankan agen yang penuh rahasia dibalik eye patch nya. Scarlett Johansson sudah tidak perlu dibahas. Pemilihan Robert Redford, Emily VanCamp, dan Anthony Mackie sebagai pemeran pendukung sudah tepat sasaran.

Permasalahan yang dialami Captain America: The Winter Soldier ini berada pada pemasangan subtitle nya. Memasang The Winter Soldier sebagai subtitle sudah pasti para fans menginginkan sesuatu yang lebih dari karakter yang dimainkan oleh Sebastian Stan ini. Tapi nyatanya The Winter Soldier terlihat seperti villain yang hanya menjadi pelengkap atau kewajiban untuk genre superhero karena jatah screentime nya yang terlalu sedikit sehingga karakternya tidak ada pengembangan yang berarti.

Tidak seperti Iron Man 3 dan Thor: The Dark World yang terlihat seperti dibuat untuk mengejar setoran, Captain America: The Winter Soldier adalah film penting yang kuat untuk menyambungkan benang merah Marvel Cinematic Universe phase II menuju Age of Ultron dan menjadi film terbaik yang pernah dibuat oleh Marvel (maaf fans The Avengers).


"Captain, in order to build a better world, sometimes means turning the old one down... And that makes enemies." Alexander Pierce

Nb: seperti biasa jangan beranjak dari kursi setelah film selesai karena ada mid-end credit scene yang menebarkan clue penting untuk Avengers: Age of Ultron dan end-credit scene untuk sekuel Captain America

No comments:

Post a Comment