Sunday, May 18, 2014

Review: Godzilla (2014)


Bagi generasi 90' an seperti saya, salah satu film monster favorit generasi ini mungkin adalah Godzilla ciptaannya Roland Emmerich. Karena pada saat itu juga sedang diidolakan banyak orang adalah Jurrasic Park buatan Steven Spielberg. Dan untuk beberapa tahun setelah perilisannya ketika semua sudah bisa memahami dan membaca, kadal raksasa milik Roland tidak lebih sebagai kadal raksasa yang doyan makan ikan ditengah di tengah kepungan tentara US.

"You have no idea what's coming!" Joe Brody

Jujur saya masih belum menonton Godzilla versi jepang yang sudah mendapat jutaan penggemar sejak tahun 1958 ketika Toho CO Ltd dan sang kreator, Ishiro Honda pertama kali memperkenalkannya ke publik. Dan juga beberapa film yang menggunakan 'VS' didalamnya yang sampai saat ini saya anggap norak. Jadi patokan saya untuk Godzilla masih tetap punya Roland Emmerich.

Ketika tahun ini Gareth Edwards mencoba membangunkan kembali 'King of Monsters' tentu saja membangkitkan gairah para fansnya terutama karena melihat karya Roland Emmerich yang mengecawakan sekaligus seperti pelecehan terhadap origin wujud Godzilla nya.

"Gentlemen, you are being sent in by a HALO jump. Now, I realize not all of you have had hands-on experience." Admiral William Stenz

Gareth Edwards memulai semuanya dari awal. 1999 terjadi gempa hebat di Filipina yang sampai menarik perhatian Dr. Ishiro Seriwaza dan asistennya Vivien Graham. Dalam investigasi tersebut mereka menemukan bukti yang mengejutkan. Mereka sadar gempa tersebut bukanlah bencana alam melainkan ada makhluk berukuran besar yang telah bangun dari masa hibernasi nya.

Selang beberapa tahun kemudian Joe Brody dan Sandra Brody sepasang suami istri yang bekerja di sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Jepang tertimpa musibah yang sama. Kali ini muncul korban jiwa yaitu sang istri yang terjebak kebocoran nuklir akibat gempa tersebut. Joe merasa curiga ada sesuatu yang aneh dan ditutup-tutupi pemerintah setempat tentang peristiwa tersebut. Sehingga Joe membuat penyelidikan sendiri sampai akhirnya dia mengetahui sebuah akronim M.U.T.O. (Massive Unidentified Terrestial Organism) yang menyebabkan istrinya meninggal.

"You're not fooling anybody when you say that what happened was a 'natural disaster.'" Joe Brody

Banyak sekali yang membuat saya kagum tentang bagaimana Gareth memasarkan hasil arahannya ini. Sejak buzzer promo berbunyi, Gareth sudah berhasil membuat penasaran penonton dengan teaser-teaser, poster dan trailer yang terpublikasi. Gareth sangat pelit dalam memberikan gambaran penuh bagaimana sosok baru Godzilla yang dibuatnya. Gareth malah terkesan ingin lebih menjual nama-nama yang mengisi departemen akting seperti Aaron Taylor-Johnson, Elizabeth Olson, Ken Watanabe, Sally Hawkins, dan Bryan Cranston.

Hal itu juga yang terjadi ketika kamu menonton filmnya. Kamu harus sedikit bersabar untuk melihat utuh wujud Godzilla karena pada awal film Gareth mencoba memasukkan narasi yang ditulis oleh Max Borenstein dan Dave Callaham yang berkutat tentang teori-teori konspirasi radiasi nuklir dan pemerintahan dan perkenalan beberapa karakter didalamnya yang sebenarnya tidak menonjol sepanjang film bergulir.

"The arrogance of men is thinking nature is in their control and not the other way around." Dr. Ishiro Seriwaza

Lalu semuanya dimulai. Kemunculan M.U.T.O yang seperti serangga raksasa itu sempat membuat saya kaget karena saya tidak pernah mengantisipasi ada monster lain selain Godzilla sendiri. Mungkin reaksi yang sama juga ditunjukkan seluruh penonton studio. Saat M.U.T.O sedang asyik-asyiknya memporak porandakan Hawaii yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Dimulai dengan tsunami yang membawa sesuatu ke daratan kemudian beberapa tentara yang berada di rooftop meluncurkan firecrackers disinilah kamu akan merasakan momen itu. Momen dimana Godzilla muncul yang membuat saya dalam hati menangis haru dan menimbulkan efek jaw dropping luarbiasa. Inilah sosok monster yang kamu idam-idamkan terlepas dari sedikit kegendutannya monster ini. Disini juga kamu akan mendapati bahwa Godzilla mendapat role baru sebagai anti-hero yang tak terkendali sekaligus representasi bagaimana manusia telah menciptakan makhluk raksasa akibat dari propaganda manusia tentang nuklir.

Tidak maksimalnya nama-nama besar yang mengisi jajaran cast karena plot yang tertulis memang tidak mendukung seakan tidak menjadi masalah karena Gareth Edwards telah menciptakan King of Monsters yang jauh lebih besar, lebih garang, dan lebih panas. Dan jika dibandingkan, monsternya Roland Emmerich terlihat seperti salah satu mainan Andy, Rex dalam saga Toy Story.

"In 1954, we awakened something..." Vivien Graham

No comments:

Post a Comment