Friday, February 14, 2014

Review: Cutie and The Boxer (2013)


New York 1969. Tanggal yang mempertemukan Noriko, gadis berusia 19 tahun dengan guru seninya yang berusia 41 tahun bernama Ushiro Shinohara. Hubungan yang awalnya sebatas guru-murid ini akhirnya berujung menjadi cinta ketika Noriko lebih memilih menikah dengan Ushiro yang usianya jauh diatasnya dan harus menunda meniti karir sebagai seniman yang diimpi-impikannya.

Kira-kira begitulah gambaran besar mengenai Cutie and The boxer yang disutradarai oleh Zachary Heizerling. Simpel namun apa yang saya temukan ketika menonton dokumenter ini adalah sebuah kisah cinta modern yang sampai sekarang pun mungkin belum ada yang memiliki chemistry hebat macam 2 manusia ini.


"This is so hard. And it's so fantastic. Now I've got nothing. You see, We are the ones suffering the most from art." Ushiro

Adegan pembuka ulang tahun ke 80 Ushiro itu sudah membuat saya kepincut. Didalam rumah yang rasanya kurang layak untuk seniman sukses seperti mereka, mereka memilih merayakan ulang tahun ala kadarnya hanya dengan sepotong kue dan lilin bernomor 3. Manis sekali.

Kemudian anda akan diajak melihat hasil-hasil karya mereka masing-masing dengan karakternya sendiri. Ushiro adalah seorang box painter. Ketika melukis menggunakan kuas sudah dirasa terlalu mainstream, Ushiro memilih menggunakan sarung tinju untuk mengekspresikan emosinya dengan hantaman-hantamannya ke dinding kanvas. Mungkin bagi saya dan anda yang tidak begitu paham dengan seni, lukisan karya Ushiro seakan tidak ada artinya. Tapi dari apa yang saya tangkap, percikan-percikan cat warna-warni hasil pukulan Ushiro adalah representasi dari kerasnya kehidupan seniman yang tidak semudah yang dia bayangkan.


"We are like two flowers in one pot. It's difficult. Sometimes we don't get enough nutrients for both of us. But when everything goes well, we become two beautiful flowers." Noriko

Sementara istrinya Noriko adalah seniman pada umumnya. Goresan-goresan kuasnya yang menghasilkan karya yang lebih komikal lebih mudah dimengerti dan lewat hasil seninyalah anda akan diajak menyusuri kehidupan Noriko dari awal dia bertemu Ushiro sampai akhirnya menunda karirnya untuk menikahi Ushiro. Semua tergambar lucu sekaligus getir.

Momen favorit saya adalah ketika Ushiro dan Noriko bertengkar kecil perihal pemilihan judul untuk pertunjukan seni yang akan mereka adakan. Dari sinilah ada semacam pesan tersirat Noriko untuk Ushiro bahwa sebenarnya Noriko selama ini cemburu dengan kesuksesan karir suaminya hingga dia ingin menghasilkan seninya sendiri. Semuanyan tergambar dengan sangat apik lewat wajah kesal Ushiro hingga berubah menjadi canda tawa keduanya. Cutie and The Boxer jelas merupakan dokumenter cinta yang manis yang belum pernah saya temui sebelumnya.


"I'm a free secretary, free assistant, free chef. If you are rich, you can kick me out. You are poor, that's why you are with me." Noriko

No comments:

Post a Comment