Tuesday, February 4, 2014

Review: Murder on The Orient Express (1974)


Sudah lama saya mencari novel-novel karangan Agatha Christie. Di Surabaya memang sudah banayak cetakan demi cetakan buku hasil karangan beliau namun hanya ada 2 yang membuat saya penasaran setengah mati. Yang pertama Ten Little Indians (and Then There Were None), yang kedua adalah Murder on The Orient Express. Anehnya setiap kali saya menginjakkan kaki di toko-toko buku selalu saja hasil temuan saya sama. 2 rekaan Agatha Christie yang saya sebut tadi selalu dinyatakan 0 dalam gudang mereka masing-masing.

"I have made enough money to satisfy both my needs and my caprices. I take only such cases now as interest me, and to be frank, my interest in your case is, uh... dwindling." Hercules Poirot

Tidak tahan lagi untuk mencarinya di Surabaya yang katanya kota terbesar nomor 2 di Indonesia akhirnya saya memutuskan untuk menikmati saja hasil adaptasi salah satu karangannya, Murder on The Orient Express melalui film yang bejudul sama yang dirilis pada tahun 1974. Dapat dikatakan film ini berhasil mengumpulkan aktor dan aktris berkualitas pada eranya. Salah satu contoh adalah terlibatnya  Sean Connery yang terkenal lewat aksinya dalam memerankan agen rahasia yang sampai saat ini masih memliki fans luar biasa, James Bond.

Murder on The Orient Express dibuka dengan sebuah highlight mengenai kejadian yang menimpa keluaraga Armstrong. Gadis kecil bernama Daisy Armstrong diketahui diculik dan dibunuh oleh seseorang yang tak dikenal  yang membuat frustasi ayah dan ibunya hingga akhirnya mereka berdua bunuh diri. Cerita beralih 5 tahun kemudian, Hercules Poirot akan melakukan perjalanan dari Istanbul menuju ke negara asalnya Inggris. Dalam kereta bernama Orient Express tersebut pembunuhan terjadi pada salah satu penumpangnya, Mr. Ratchett yang membuat bingung insinyur kereta api nya karena kereta tidak bisa dihentikan sewaktu-waktu belum lagi longsor salju yang menghadang rel kereta api tersebut memaksa Charles Poirot harus memecahkan kasus tersebut didalam kereta yang berisi 12 penumpang itu.

"Ohhhh, if you must go woof-woof, kindly go woof-woof not to windward, but to leeward. Help him, Pierre." Hercules Poirot

Saya tidak tahu apakah dalam thriller-thriller jaman dulu memang seperti ini adanya atau bagaimana namun untuk sebuah film detektif, Murder on The Orient Express memang menyenangkan untuk ditonton terlebih lagi melihat akting juara Albert Finney yang memerankan Cherles Poirot yang aneh bin ajaib. Tapi tidak dalam membangun ketegangan layaknnya film-film thriller pada waktu itu (karya Alfred Hitchcock misalnya), Murder on The Orient Express cenderung datar dalam menggiring penontonnya untuk mengetahui misteri dibalik kematian Mr Ratchett sehingga ketika semua diungkap diakhir saya hanya berkata dalam hati “oooohhh.”

Saya akui pengungkapan fakta mengenai kasus tersebut hingga saat ini belum ada duanya. Konklusinya itu sangat orisinil dan tentu saja pujian saya layangkan pada penulis novelnya, Agatha Christie namun yang membuat saya sedikit terganggu adalah solusi yang ditawarkan oleh Charles Poirot kepada pelakunya yang membuat saya berpikir “Udah? Gini aja nih?”


"If all these people are not implicated in the crime, then why have they all told me, under interrogation, stupid and often unnecessary lies? Why? Why? Why? Why?" Hercules Poirot

No comments:

Post a Comment