Saturday, January 18, 2014

Review: Sherlock Season 3 (2014)


Usai sudah penantian panjang para penggemar serial Sherlock setelah digantung dan disengsarakan hidupnya oleh 2 penulis yang mungkin mereka anggap sebaga duo penulis paling berengsek didunia, Steven Moffat & Mark Gatiss setelah melihat apa yang telah mereka perbuat pada season finale awal 2012 lalu. Sebuah cliffhanger yang membuat para penggemarnya diseluruh dunia tidak bisa tidur nyenyak selama 2 tahun.

Pada hari pembuka 2014 kemarin, Sherlock secara resmi mengudarakan episode perdana dari season 3 ini yang juga telah memecahkan rekor rating tertinggi di saluran BBC di Inggris sana. Saya tidak terlalu terkejut dengan hal ini karena memang Sherlock adalah salah satu serial yang paling banyak diperbincangkan awal dekade ini yang mungkin hanya kalah sedikit saja dengan serial Breaking Bad. Seperti pada season-season sebelumnya Sherlock tetap meluncurkan 3 episode pada musim ini dengan judul The Empty Hearse, The Sign of Three, Hist Last Vow.

"Sorry but the holiday is over. Brother dear." Mycroft Holmes

Dibuka dengan The Empty Hearse, Sherlock langsung memacu adrenalin anda dengan sebuah adegan pembuka yang heart-pumping yang saya nobatkan (mungkin terlalu awal) sebagai scene pembuka terbaik tahun ini. Kemudian jawaban yang ditunggu-tunggu para Sherlockian diseluruh dunia termasuk saya mengenai bagaimana Sherlock bisa selamat setelah terjun bebas dari rooftop sebuah rumah sakit. Tidak tanggung-tanggung, The Empty Hearse memberikan anda setidaknya 3 teori tentang bagaiman cara Sherlock selamat sehingga membebaskan pilihan anda dengan teori mana yang paling memungkinkan dan realistis. The Empty Hearse juga adalah episode paling kocak diantara seluruh episode lainnya dengan kumis konyol John Watson, pertengkaran hebat hingga harus berpindah tempat makan 3 kali, hingga joke banter yang sarkastik antara Sherlock dengan orang yang lebih cerdas darinya yaitu kakaknya sendiri, Mycroft Holmes.

Disambung dengan The Sign of Three, dimana Sherlock harus menjalani tugas terberatnya menjadi Best Man dalam pernikahan John Watson dengan Mary Morstan. Episode ini mungkin adalah yang paling emosional karena Sherlock harus bersiap-siap melepas teman baiknya atau pasangan hidupnya yakni John Watson. Lihatlah bagaimana Sherlock memberikan sebuah speech sebagai Best Man yang membuat seluruh tamu undangan luluh lantak dalam haru. Kemudian menutupnya dengan dengan Sherlock yang meninggalkan perta pernikahan lebih awal yang menunjukkan bahwa Sherlock sebenarnya individu yang kesepian. Juga ada sekuen Mind Palace yang mengalami peningkatan hebat dari season sebelumnya ditambah dengan editing cepat yang saya jamin tidak akan membuat anda kebingungan.

His Last Vow adalah bagian penutup yang memuaskan. Inilah episode terbaik untuk season ini. Penuh dengan kejutan layaknya sebuah thriller detektif lengkap dengan antagonisnya dalam wujud Charles Augustus Magnussen dengan tatapan dinginnya yang mengintimidasi. Dan kemudian dipenghujung credit nya anda akan diberi kejutan lagi yang menurut saya agak sedikit dipaksakan.


"I am the most unpleasent, rude, ignorant and all-round obnoxious arsehole that anyone could possibly have the misfortune to meet." Sherlock Holmes

Untuk ukuran sebuah serial detektif dan Sherlock sendiri, season 3 ini sebenarnya sangat kurang kadar misterinya dan lebih ditujukan untuk memuaskan dahaga fans atau lebih tepatnya fans-service yang telah menunggu lama. Saya juga kecewa dengan karakterisasi Sherlock musim ini. Salah satu yang membuat saya menyukai versi Benedict Cumberbatch ini adalah penggambarannya yang mirip dengan novelnya yang mengggambarkan Sherlock adalah anti-sosial akut dan sangat berengsek dalam berinteraksi sosial hingga tidak ada yang mau berteman dengannya kecuali John Watson yang diperankan oleh Martin Freeman yang karakternya berkembang signifikan dari musim lalu. Musim ini Sherlock terlihat lebih kocak dan sociable yang mengingatkan saya pada versi Robert Downey Jr. yang kurang saya suka (jangan tersinggung die-hard fans Robert Downey). He called himself a sociopath, yet he's way too friendly.

Kemudian dari cast-cast pendukung lainnya ada Mark Gatiss sebagai Mycroft Holmes yang sangat menonjol musim ini dengan chemistry kakak-beradik yang cerdasnya sudah diambang batas. Lalu ada Amanda Abbington real-life partner dari Martin Freeman yang memerankan Mary Morstan yang awalnya saya kira sebagai sebuah miscast but, she turns out to be deadly adorable. Kenapa saya memakai frase deadly adorable anda harus menonton episode terakhirnya untuk mengetahuinya. Jangan lewatkan juga cameo mengejutkan dari The Woman.

Lebih bersahabatnya seorang Sherlock dan menurunnya thrill-thrill misteri dari genre detektif membuat season 3 ini adalah yang terlemah dari seluruh season yang telah tayang. Tapi untuk memuaskan dahaga para fansnya season ini adalah yang paling menyenangkan.

"One false move and we will have betrayed the security of the United Kingdom and be imprisoned for High Treason. Magnussen is quite possibly the most dangerous man we've ever encountered and the odds are stacked incomprehensibly against us." Sherlock Holmes

No comments:

Post a Comment